Minggu, 23 Oktober 2011

syi'ah

SYI’AH

1.    Pengertian
Bahasa : pengikut, pendukung, partai, atau, kelompok. Sedangkan secara terminologi adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan kegunaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi SAW atau orang yang disebut sebagai ahli al-bait. Point penting dalam doktrin syiah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu berasal dari ahl-al bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl-al bait atau para pengikutnya.
Menurut Thabathbai, istilah syi’ah untuk pertama kalinya ditunjuk pada para pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al bait pada masa Nabi Muhammad SAW para pengikutnya diantaranya adalah Abu Dzar Ghiffari Miqod bin Al-Aswad dan Ammar bin Yasir.
Pengertian bahasa dan terminologis diatas hnaya merupakan dasar yang membedakan syi’ah dengan kelompok islam yang lain. Di dalamnya belum ada penjesan yang memadai mengenai syi’ah berikut doktrin-doktrinnya.  Meskipun demikian, pengertian diatas merupakan titik tolak penting bagi madzab syi’ah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinya yang melputi segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah, mut’ah, dan sebagainya.

2.    Asal-usul
Tentang asal-usul kemunculan syi’ah dalam sejarah terdapat perbedaan dikalangan ahli. Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul pasda masa akhir pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pewmerintahan Ali bin Abi Thalib, adapun menurut Watt, syi’ah baru benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua. Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan kelompok mendak sikap Ali (Khawarij).
Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib  yang  berhak mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya, yang pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa besar.
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumum. Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai pengantinya dihadapan massa yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali), tetapi juga menjadikna Ali sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun realitasnya berbicara lain.
Berlawanan dengan harpan mereka, ketika nabi wafata dan jasadnya belum dikuburkan, ada kelompok lain yang pergi ke masjid untuk menentukan pemimpin yang baru karena hilangnya pemimpin yang secara tiba-tiba, sedangkan anggota keluarga nabi dan  beberapa sahabat masih sibuk dengan  persiapan upacara pemakaman Nabi. Kelompok inilah yang kemudian menjadai mayoritas bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa memilih pemimpin yang baru dengan alasan kesejahteraan umat dann memcahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan itu tanpa berunding dahulu dengan ahlul bait, kerabat, atau pun sahabat yang pada saat itu masih mengurusi pemakaman. Mereka tidak memberi tahu sedikitpun. Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihdapkan pada suatu hal yang sudah tak bias berubah lagi (faith accomply)
Karena kenyataan itulah muncul suatu sikap dari kalangan kaum  muslimin yang menentanga kekhalifahan dan kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka yakin bahwa semua masalah kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya dan mengajak masyarakat mengikutinya. Kaum inilah yang disebut dengan kaum syi’ah.
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al bait dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkitan dengan teologi, mereka mempunyai Lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya hidup diakhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan ahl-al bait), dan adl (keadaan ilahi). Dalam ensiklopedi islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara sunni dan syi’ah terletak pada doktrin imamaah. Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejrah, kelompok ini akhirnya tepecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Diantara sekte-sekte syi’ah itu adalah Iesna Asy’ariyah, Sab’iyah. Zaidiyah, dan Ghullat.

Buku    : Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS
Dr. Abdul  Rozak, M.Ag
Dr. Rosihon Anwar, M.Ag
Pustaka setia


ALIRAN SALAF DAN KHALAF
A.    Imam ahmad ibn hanbal
1.    Riwayat  singkat hidup Beliau
Imam Ahmad Ibn Hanbal  lahir di kota Baghdad pada tahun 164 H/789M dan beliau wafat pada tahun 855 M. Beliau merupakan seorang tokkoh pendiri Mdhab Hanbali. Ibunda beliau beernama  Maimunah  binti Abdul Mallik. Sedangkan ayah beliau bernama Nuhammad bi Hanbal.  Imam Ahmad bin Hanbal ini masih satu nashab dengan Rosulullsh SAW yaitu pada keluarga Nizar. Ayah beliau sudah meninggal saat beliau masih remaja. Namun  ayah beliau telah membeali beliau dengan pelajaran  tentang Al-Qur’an semenjak beliau masih  kecil. Pada usia 16 tahun beliau belajar ilmu agama  dan ilmu-ilmu Al-Qur’an kepada para ulama’ Baghdad, Syam, Basrah, Yaman, Makkah dan Madinah.diantara guru-guru beliau adalah Hammad bin Khalid, Ismail bin Aliyah, Muzaffar bin Mudrik, Walid bin Muskin, Muktamar bin Sulaiman dan masih banyak yang lainya lagi. Dari guru-guru  beliau diatas Imam Ahmad bin Hanbal mempelajari ilmu-ilmu Fiqih, Hadits, Tafsir, Kalalm,  Ushul dan Bahasa Arab.
Imam Ahmad bin Hanbal dikenal sebagai orang yang sangat zahid dan juga dermawan dan juga sangat teguh terhadap pendirian. Karena hal inilah ketika kholifah Almakmun menngembangkan madhab Mu’tazilah, Beliau menjadi Mihnah (inqueitition), karena tidak mau mengakui atau menurut pada pemerintahan yang mengharuskan atu yang mengembangkan faham Muktazilah yang berhubungan dengan Al-Qur’an itu Huduts (makhluk). Akibatnya Beliaupun dipenjara beberapa kali ketikka masa kekholifahan Al Makmun, dan terus berlanjut ke masa kekholifahan Al muqtasyir dan Al watsiq yang menggantikan khoifah Al Makmun. Baru ketika kekholifahan dipegang oleh  Al Mutawakkil beliau bisa menghirup udara kebebasan dan dimulyakan oleh pemerintah terutama kholifah.
2.    Pemikiran Imam Ahmad Ibn Hanbal
a)    Pemikiran Beliau Tentang Ayat-ayat Mutsyabihat
Dalam hal semacam ini Imam Ahmad bin Hanbal lebih menggunakan atau lebih menerapkan  pendekatan Lafdhi daripada pendekatan ta’wil. Hal ini terbukti ketika beliau ditanya mengenai penafsiran beliau terhadap ayat Mutsyabihat berikut ini:
Arrahmaanu ‘ala arsyistawa (thoha: 05)
Artinya: (Yaitu) Tuhan yang  Maha pemurah, yang bersemayam diatas ‘arsy”.
Jawaban beliau atau penafsiran beliau terhadap ayat ini adalah sebagai berikut:
 ......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
“Istawa pada ‘arsy terserah pada Allah dan bagaimana saja Dia kehenndaki  dengan tiada batas dan tiada seorangpun yang bisa meyifatinya”.
Dari jawaban-jawaban belliau diatas dapat ditarik kesipulan bahwa beliau adalah lebih senang atau lebihh nenerapkan pendekatan lafdhi daripad ta’wil.
b)    Pemikiran Beliau Tentang Status Al-Qur’an
Hal inilah masalah teologis yang dihadapi oleh Ahmad  Hanbal  yaitu masalah status Al-Qur’an, yaitu  apakah Al-Qur’an itu Qodim ataukah Huduts. Hal ini pulalah yang menyebabkan Beliau dipenjara beberapa kali ketikka masa kekholifahan Al Makmun, dan terus berlanjut ke masa kekholifahan Al muqtasyir dan Al watsiq yang menggantikan khoifah Al Makmun. Karena keyakinan beliau yang begitu kukuh mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah Qodim.


syi'ah

SYI’AH

1.    Pengertian
Bahasa : pengikut, pendukung, partai, atau, kelompok. Sedangkan secara terminologi adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan kegunaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi SAW atau orang yang disebut sebagai ahli al-bait. Point penting dalam doktrin syiah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu berasal dari ahl-al bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl-al bait atau para pengikutnya.
Menurut Thabathbai, istilah syi’ah untuk pertama kalinya ditunjuk pada para pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al bait pada masa Nabi Muhammad SAW para pengikutnya diantaranya adalah Abu Dzar Ghiffari Miqod bin Al-Aswad dan Ammar bin Yasir.
Pengertian bahasa dan terminologis diatas hnaya merupakan dasar yang membedakan syi’ah dengan kelompok islam yang lain. Di dalamnya belum ada penjesan yang memadai mengenai syi’ah berikut doktrin-doktrinnya.  Meskipun demikian, pengertian diatas merupakan titik tolak penting bagi madzab syi’ah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinya yang melputi segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah, mut’ah, dan sebagainya.

2.    Asal-usul
Tentang asal-usul kemunculan syi’ah dalam sejarah terdapat perbedaan dikalangan ahli. Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul pasda masa akhir pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pewmerintahan Ali bin Abi Thalib, adapun menurut Watt, syi’ah baru benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua. Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan kelompok mendak sikap Ali (Khawarij).
Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib  yang  berhak mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya, yang pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa besar.
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumum. Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai pengantinya dihadapan massa yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali), tetapi juga menjadikna Ali sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun realitasnya berbicara lain.
Berlawanan dengan harpan mereka, ketika nabi wafata dan jasadnya belum dikuburkan, ada kelompok lain yang pergi ke masjid untuk menentukan pemimpin yang baru karena hilangnya pemimpin yang secara tiba-tiba, sedangkan anggota keluarga nabi dan  beberapa sahabat masih sibuk dengan  persiapan upacara pemakaman Nabi. Kelompok inilah yang kemudian menjadai mayoritas bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa memilih pemimpin yang baru dengan alasan kesejahteraan umat dann memcahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan itu tanpa berunding dahulu dengan ahlul bait, kerabat, atau pun sahabat yang pada saat itu masih mengurusi pemakaman. Mereka tidak memberi tahu sedikitpun. Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihdapkan pada suatu hal yang sudah tak bias berubah lagi (faith accomply)
Karena kenyataan itulah muncul suatu sikap dari kalangan kaum  muslimin yang menentanga kekhalifahan dan kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka yakin bahwa semua masalah kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya dan mengajak masyarakat mengikutinya. Kaum inilah yang disebut dengan kaum syi’ah.
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al bait dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkitan dengan teologi, mereka mempunyai Lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya hidup diakhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan ahl-al bait), dan adl (keadaan ilahi). Dalam ensiklopedi islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara sunni dan syi’ah terletak pada doktrin imamaah. Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejrah, kelompok ini akhirnya tepecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Diantara sekte-sekte syi’ah itu adalah Iesna Asy’ariyah, Sab’iyah. Zaidiyah, dan Ghullat.

Buku    : Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS
Dr. Abdul  Rozak, M.Ag
Dr. Rosihon Anwar, M.Ag
Pustaka setia


ALIRAN SALAF DAN KHALAF
A.    Imam ahmad ibn hanbal
1.    Riwayat  singkat hidup Beliau
Imam Ahmad Ibn Hanbal  lahir di kota Baghdad pada tahun 164 H/789M dan beliau wafat pada tahun 855 M. Beliau merupakan seorang tokkoh pendiri Mdhab Hanbali. Ibunda beliau beernama  Maimunah  binti Abdul Mallik. Sedangkan ayah beliau bernama Nuhammad bi Hanbal.  Imam Ahmad bin Hanbal ini masih satu nashab dengan Rosulullsh SAW yaitu pada keluarga Nizar. Ayah beliau sudah meninggal saat beliau masih remaja. Namun  ayah beliau telah membeali beliau dengan pelajaran  tentang Al-Qur’an semenjak beliau masih  kecil. Pada usia 16 tahun beliau belajar ilmu agama  dan ilmu-ilmu Al-Qur’an kepada para ulama’ Baghdad, Syam, Basrah, Yaman, Makkah dan Madinah.diantara guru-guru beliau adalah Hammad bin Khalid, Ismail bin Aliyah, Muzaffar bin Mudrik, Walid bin Muskin, Muktamar bin Sulaiman dan masih banyak yang lainya lagi. Dari guru-guru  beliau diatas Imam Ahmad bin Hanbal mempelajari ilmu-ilmu Fiqih, Hadits, Tafsir, Kalalm,  Ushul dan Bahasa Arab.
Imam Ahmad bin Hanbal dikenal sebagai orang yang sangat zahid dan juga dermawan dan juga sangat teguh terhadap pendirian. Karena hal inilah ketika kholifah Almakmun menngembangkan madhab Mu’tazilah, Beliau menjadi Mihnah (inqueitition), karena tidak mau mengakui atau menurut pada pemerintahan yang mengharuskan atu yang mengembangkan faham Muktazilah yang berhubungan dengan Al-Qur’an itu Huduts (makhluk). Akibatnya Beliaupun dipenjara beberapa kali ketikka masa kekholifahan Al Makmun, dan terus berlanjut ke masa kekholifahan Al muqtasyir dan Al watsiq yang menggantikan khoifah Al Makmun. Baru ketika kekholifahan dipegang oleh  Al Mutawakkil beliau bisa menghirup udara kebebasan dan dimulyakan oleh pemerintah terutama kholifah.
2.    Pemikiran Imam Ahmad Ibn Hanbal
a)    Pemikiran Beliau Tentang Ayat-ayat Mutsyabihat
Dalam hal semacam ini Imam Ahmad bin Hanbal lebih menggunakan atau lebih menerapkan  pendekatan Lafdhi daripada pendekatan ta’wil. Hal ini terbukti ketika beliau ditanya mengenai penafsiran beliau terhadap ayat Mutsyabihat berikut ini:
Arrahmaanu ‘ala arsyistawa (thoha: 05)
Artinya: (Yaitu) Tuhan yang  Maha pemurah, yang bersemayam diatas ‘arsy”.
Jawaban beliau atau penafsiran beliau terhadap ayat ini adalah sebagai berikut:
 ......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
“Istawa pada ‘arsy terserah pada Allah dan bagaimana saja Dia kehenndaki  dengan tiada batas dan tiada seorangpun yang bisa meyifatinya”.
Dari jawaban-jawaban belliau diatas dapat ditarik kesipulan bahwa beliau adalah lebih senang atau lebihh nenerapkan pendekatan lafdhi daripad ta’wil.
b)    Pemikiran Beliau Tentang Status Al-Qur’an
Hal inilah masalah teologis yang dihadapi oleh Ahmad  Hanbal  yaitu masalah status Al-Qur’an, yaitu  apakah Al-Qur’an itu Qodim ataukah Huduts. Hal ini pulalah yang menyebabkan Beliau dipenjara beberapa kali ketikka masa kekholifahan Al Makmun, dan terus berlanjut ke masa kekholifahan Al muqtasyir dan Al watsiq yang menggantikan khoifah Al Makmun. Karena keyakinan beliau yang begitu kukuh mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah Qodim.


Kamis, 20 Oktober 2011

Ahlusunnah Waljamaah


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada era zaman akhir ini bermunculan Aliran-aliran yang beraneka ragam corak dan warnanya. Dimana masing-masing aliran mengklaim bahwa golongan merekalah yang paling benar.
Memang hal ini sudah disabdakan oleh Baginda Rosululloh SAW,bahwa umatnya nanti akan terpecah menjadi 73 golongan. Dan hanya satu yang selamat dan akan masuk syurga.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui ciri-ciri golongan yang di janjikan Rosulullah. Agar kita selamat. Atas dasar inilah, saya akan membahas tentang golongan yang setia pada Rosulnya dan sahabatnya yang kita kenal dengan golongan ASWAJA.
B.     Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
2.         Siapakah Aliran-aliran ASWAJA?
3.         Apa sajakah Ajaran-ajaran ASWAJA?
4.         Apa sajakah doktrin-doktrin ASWAJA?
5.         Bagaimana metodologi pemikiran ASWAJA?

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ahlussunah Wal jama’ah
1.      Ditinjau dari ilmu bahasa (lughot/etimologi), Ahlussunah Wal Jama’ah berasal dari kata-kata:
a.       Ahlu                : Kaum.keluarga atau golongan
b.      Assunnah        :
1)        Ucapan nabi muhammad  SAW
2)        Tingkah laku, kebiasaan, atau perbuatan nabi muhammad SAW
3)        Persetujuan atau slkap nabi muhammad SAW, mendiamkan ucapan atau tingkah laku seseorang pada zaman nabi.
c.       Wa                   : kata sambung yang berarti “dan”
d.      Al jama’ah       : Kumpulan atau kelompok
2.      Di tinjau dari segi istilah ( terminologi), Ahlussunah berasal dari hadits-hadits nabi SAW antara lain:

والذي نفس محمّد بيده لتفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة, فواحدة فى الجنة وثنئان وسبعون فى النار, قيل:من هم يارسول الله ؟قال:هم اهل السنة والجماعة,(رواه الطبرنى)
Demi tuhan yang jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya, umatku akan bercerai berai ke dalam 73 Golongan. Yang satu masuk syurga dan yang 72 masuk neraka. Ditanyakan:”siapakah mereka(golongan yang masuk surga itu), wahai Rosulullah?”. Beliau Menjawab: “mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah”,(HR, Thabrani)

تفترق هذه الامة على ثلاث وسبعين فرقة الناجية منها واحدة وا لبلقون هلكى قالو ومن الناجية؟قال           اهل السنة والجماعة قيل وما السنة والجماعة ؟قال ماا ناعليه اليوم واصحابي
Umat ini nantinya juga akan terpecah menjadi 73 sekte, satu yang selamat, yang lainnya dalam kerusakan. Sahabat bertanya,Siapa yang selamat?” Nabi menjawab: “Ahlus sunnah Wal Jama’ah”. Mereka bertanya kembali: “siapa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah?” Jawab nabi:”Adalah apa yang aku dan sahabatku praktekkan hari ini”.

Dalam buku lain di jelaskan:”Ahlus sunnah Wal Jama’ah adalah golongan umat islam yang selalu berpegang teguh pada kitab allah ( al-qur’an) dan susunah rosul,serta para sahabat Nabi SAW, Melaksanakan petunjuk dari al-qur’an dan sunah rosul tersebut.[1]
Faham atau aliran ASWAJA dalam bidang:
a.       Aqidah Islamiah, mengikuti faham atau madzab dari imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi
b.      Fiqih, mengikuti salah satu dari madzab yang empat, yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali
c.       Tasawuf, mengikuti thariqah dari Imam Abul Qosim Al Junaid Al Baghdadi, Imam Ghozali.
Sehingga apabila di ucapkan secara mutlak kata-kata ASWAJA maka kita tidak dapat menunjuk kecuali orang-orang tersebut di atas.[2]

B.     Aliran – aliran ASWAJA
1.      Biografi Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan Ali Bin Ismail bin Ishak bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ari. Menurut beberapa riwayat, Al- Asy’ari lahir di Bashar pada tahun 260 H/875M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324 H/935M. 
      Menurut Ibn Asakir, ayah Al-Asyr’ari adalah seorang yang berfaham Ahlussunah dan ahli hadis. Ia wafat ketika Al-Asy’ary masih kecil. Sebelum wafat, ia berwasiat kepada seorang sahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As-saji agar mendidik As-Sy’ary. Ibu As-Asy’Ari, sepeningal ayahnya, menikah lagi dengan seorang tokoh Mu’tazilah yang bernama Abu Ali Al- Jubba’i ( w. 303 H/915 M), ayah kandung abu Hasyim Al-Jubba’i (w. 321 H/932 M). Berkat didikan ayah tirinya itu, Al-Asy’ari kemudian menjadi tokoh Mu’tazilah. Ia sering mrngantikan Al- Jubba’i dalam perdebatan menentang lawan-lawan Mu’tazilah.
      Beliau menganut faham mu’tazilah hanya sampai berumur 40 tahun. Setelah itu tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jama’ah masjid bashroh bahwa dirinya telah meninggalkan faham mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya,menurut ibn asakir hal itu di latar belakangi karna beliau bermimpi bertemu nabi sebanyak 3 kali, pada malam ke-10, 20,dan 30 dalam bulan romadhon. Dalam mimpinya itu rosulullah memperingatkan agar meninggalkan paham mu’tazilah dan membela faham yang telah di riwayatkan beliau.
Ø  Doktrin-doktrin Teologi Al-Asyari
Pemikiran-pemikiran Al-Asy’ari yang paling terpenting adalah berikut ini:
a)      Tuhan dan Sifat-sifatnya
b)      Kebebasan dalam berkrhendak
c)      Akal dan Wahyu Dan kriteria Baik dan Buruk
d)     Qodimnya Al-Qur’an
e)      Melihat Allah
f)       Keadilan
g)      Kedudukan orang yang berdosa[3]
2.      Biografi Al-Maturidi
Abu Mansyur al-Maturidi Nama lengkapnya ialah Abu mansur Muhammad bin Muhammadbin Mahmud al-Hanafi al-Mutakallim al-Matu-ridi al-Samarkhandi.[4] Beliau dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah samarkand, wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang di sebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriah. Ia wafat pada tahun 333H/944 M. Gurunya dalam bidang fiqih dan teologi bernama Nasyr bin  Yahya Al-Balakhi. Ia wafat pada tahun 268H. Al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutawakkil yang memerintah tahun 232-274/846-861 M.
Ø  Doktrin-doktrin Teologi Al-Maturidi
a) Akal dan Wahyu
b)                         Perbuatan Manusia
c) Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan
d)                         Sifat Tuhan
e) Melihat Tuhan
f)  Kalam Tuhan
g)                         Perbuatan Manusia
h)                         Pengutusan Rasul
i)   Pelaku Dosa Besar[5]
C.    Ajaran-ajaran ASWAJA
1.      Sifat Tuhan
Menurut mu’tazilah Tuhan tidak mempunyai sifat. Sebab jika tuhan mempunyai sifat, pasti sifat itu kekal seperti tuhan. Berkaitan dengan masalah tuhan Al-Maturidi dan Al-Asy’ari sependapat. Tapi walaupun begitu al-Asy’ari mengartikan sisat tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat, melainkan melekat pada dzat itu sendiri. Sedangkan al-Maturidi sifat tidak dikatakan esensiNYA dan bukan pula dari esensi NYA.
2.      Melihat Tuhan di akhirat
Mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan tidak bisa di lihat.surat al an’am 103. Menurut al Asy’ari manusia dapat melihat tuhan di akhirat sebagaimana arti lahir surat qiyamah 22-23. Al-Maturidi sependapat dengan Beliau. Jalan pikiran Al-Maturidi bahwa melihat Allah itu ihwal di Akhirat, dimana hanya ilmunya yang menentukan bagaimana cara dan keadannya.
3.      Perbuatan dosa besar
Bahwa setiap orang mukmin tidak kekal di neraka di sepakati seluruh ulama islam, Menurut kaum mu’tazilah pembuat dasa besar yang tidak sempat bertaubat sebelum meninggal dunia tidak di pandang mukmin tapi tetap muslim. Menurut Maturidi dan Asy’ari hukumnya di serahkan kepada Allah, apakah dia diampuni,mendapat syafa’at nabi atau di siksa sesuai perbuatannya. Dan tidak kekal di neraka.
4.      Perbuatan Manusia
Mu’tazilah bahwa manusi itulah yangmenciptakan perbuatannya sendiri, dan bebas memilih yang baik dan yang buruk, karana segala sesuatunya akan di tanggung sendiri. Asy’ari manusia dalam kelemahannya bergantung pada kehendak dan kekuasaan tuhan. Maturidi sependapat dengan asy’ari.
5.      Perbuatan Allah
Orang-orang Asy’ariyah berpendapat bahwa Allah tidak di ketahuinya. Karna ia tidak bertanggung jawa terhadap apa yang di perbuatnya. Sedangkan manusia bertanggung jawab.Mu’tazilah, Allah berbuat karna ada tujuan maksud tertentu. Maturidi Allah itu suci (munazzah) dari sia-sia. Dan karna itu perbuatannya sesuai dengan tuntutan hikmah.
6.      Al-Qur’an
Mu’tazilah mengingkari adanya sifat bagi Allah yang namanya kalam, yang bebas dari dzat atau bukan dzat. Asy’ari bahwa al-Qur’an tidak berubah, tidak di ciptakan, bukan makhluk dan tidak baharu. Maturidi, Kalamullah itu adalah makna yang melekat pada dzat Allah, dan karna itu ia adalah salah satu sifat yang brhubungan dengan dzatnya.
7.      Kekuasaan mutlak tuhan dan keadilan tuhan[6]
D.    Garis-garis Besar Doktrin ASWAJA
Bahwa ajaran islam itu terdiri dari 3 macam :
1.      Doktrin keislaman, yang digunakan untuk membimbing manusia selaku makhluk yang mempunyai nafsu
2.      Doktrin keimanan, yang digunakan manusia untuk membimbing manusia selaku makhluk yang mempunyai akal pikiran
3.      Doktrin keihsanan, yang digunakan untuk mmbimbing manusia selaku makhluk yang mempunyai budi pekerti /hati nurani
Ke-3 ajaran islam tersebut di namakan fitrah munazaah,sedangkan nafsu,fikiran dan hati nurani di namakan fitrah mukhalaqoh.
                       
E.     Metodologi Pemikiran (Manhaj Al-fikr) ASWAJA
Jika kita mencermati doktrin-diktrin paham ASWAJA, baik dalam aqidah(iman), Syari’at(islam), ataupun Akhlak (ihsan), maka bisa di dapati sebuah metodologo islam di antaranya:
1.      Tasawuth (moderat)
Taswuth adalah sikap tengah yang tidak cenderung ke kanan atau ke kiri dan mengambil solusi yang paling baik. Hal ni di dsarkan pada firman Allah:




2.       Tawazun (berimbang)
Tawazun adalah  sikap berimbang dan harmons dalam mengintegrasikan dan mensinergikan dalil- dalil (pijakan hukum) pertimbangan – pertimbangan untuk memutuskan sebuah keputusan dan kebijakan prinsip menhindari yang serba kanan dan kiri. Seperti firman Allah:



3.      Ta’adul ( netral dan adil)
Adalah sikap adil dan netral dalam melihat /menimbang, menyikapi dan menyesesaikan segala permasalahan. Apbala dalam realitasnya terjadi tafdlul (keungulan) maka keadilan mununtut perbedan dan pengutamaan (tafdllil)
ياايّهااّلذين أمنواكونواقوّامِين للّه شهداء باالقسط ولا يحرمنّكم شنأن قومٍ عَلَى اَلاَّ تعِدلوا اعدلوا هواَقْرب للتَّقوى
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan ( kebenaran) karena Allah, menjadi saksi  dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah  karna adil itu lebih dekat kepada taqwa.(Al-Maidah:9)

4.      Tasamuh
Sikap  toleran yang bersedia menghargai terhadap segala kenyataan, perbedaan dan keanekaragaman, baik dalam pemikiran, keyakinan, sosial kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi budaya dll.
ياَايّهاَالنَّاس انّا خلقنا كم من ذَكرٍوَاُنثَى وجعلناَكُم شُعُوبًا وقبَائلُ لِتَعَارفُوا انّ أكرمكم عِند اللهِ اتقَاكُم,
 Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.(QS. Alhujurat:13)
F.      Tujuan ASWAJA
1.      Mengamalkan Ajaran Rosulullah SAW semurni-murninya.
2.      Mengikuti jejak para sahabat dalam mengambil keputusan-keputusan suatu perkarayang tidak di temukan dalam Al-qur’an dan Al-hadits.
3.         Mengedepankan Akhlaul karimah dalam setiap tindakannya.
4.         Khusus untuk golongan ASWAJA di Indonesia, ingin menjadikan bangsa indonesia, bangsa yang bermaartabat di mata dunia juga di hadapan Allah SWT
5.        Ingin menjadi khairul ummah dalam ridho Allah SWT


















BAB III
KESIMPULAN
A.    Pengertian ASWAJA
Ahlus sunnah Wal Jama’ah adalah golongan umat islam yang selalu berpegang teguh pada kitab allah ( al-qur’an) dan susunah rosul,serta para sahabat Nabi SAW, Melaksanakan petunjuk dari al-qur’an dan sunah rosul tersebut.
B.     Aliran-aliran ASWAJA:aliran Al-Asy’ariyah dan Al-Maturidi
C.     Ajaran ASWAJA:Sifat Tuhan, Melihat Tuhan Di akhirat, Perbuatan dosa, besar, Perbuatan manusia,Perbuatan Allah, dll
D.    Doktrin ASWAJA: Doktrin Keislaman, keihsanan dan ke imanan.
E.     Metodologi pemikiran ASWAJA;Tasawuth, Tawazun, Ta’adul’ Tasamuh.
F.      Tujuannya untuk mengamalkan Ajaran Rosulullah dan mengikuti jejak para sahabat serta menjadi khoirul umah dalam ridho allah SWT







DAFTAR PUSTAKA

Masduki ach.K.H. Drs, konsep dasar pengertian Ahlus sunnah Wal Jama’ah, Pelita Dunia, surabaya.
Purna siswa Aliyah, Aliran-aliran Teologi islam, Ponpes lirboyo, kediri,2008.
Rozak, Abdul  dan Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2007.
Baehaqi Imam, Kontroversi ASWAJA, LkiS, Yogyakarta,2000.


[1] Purna siswa Aliyah, Aliran-aliran Teologi Islam (jawa timur:Maddrasah hidayatul Mubtadi’in 2008), 165
[2] K.H. Masduki ach, Konsep Dasar Pengertian Ahlus sunnah Wal Jama’ah, 38-39
[3] Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung:CV Pustaka Setia,2007),120-124
[4] Imam Baehaqi, Kontroversi Aswaja, (Yogyakarta:Gambiran UHV,2000),70
[5] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, 124-131
[6] Imam Baehaqi, Kontroversi Aswaja, (Yogyakarta:Gambiran UHV,2000),

Presented By: wahid amiruddin Muhlis Ti.a 2010/2011 STAIN PONOROGO

Ahlusunnah Waljamaah


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada era zaman akhir ini bermunculan Aliran-aliran yang beraneka ragam corak dan warnanya. Dimana masing-masing aliran mengklaim bahwa golongan merekalah yang paling benar.
Memang hal ini sudah disabdakan oleh Baginda Rosululloh SAW,bahwa umatnya nanti akan terpecah menjadi 73 golongan. Dan hanya satu yang selamat dan akan masuk syurga.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui ciri-ciri golongan yang di janjikan Rosulullah. Agar kita selamat. Atas dasar inilah, saya akan membahas tentang golongan yang setia pada Rosulnya dan sahabatnya yang kita kenal dengan golongan ASWAJA.
B.     Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
2.         Siapakah Aliran-aliran ASWAJA?
3.         Apa sajakah Ajaran-ajaran ASWAJA?
4.         Apa sajakah doktrin-doktrin ASWAJA?
5.         Bagaimana metodologi pemikiran ASWAJA?

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ahlussunah Wal jama’ah
1.      Ditinjau dari ilmu bahasa (lughot/etimologi), Ahlussunah Wal Jama’ah berasal dari kata-kata:
a.       Ahlu                : Kaum.keluarga atau golongan
b.      Assunnah        :
1)        Ucapan nabi muhammad  SAW
2)        Tingkah laku, kebiasaan, atau perbuatan nabi muhammad SAW
3)        Persetujuan atau slkap nabi muhammad SAW, mendiamkan ucapan atau tingkah laku seseorang pada zaman nabi.
c.       Wa                   : kata sambung yang berarti “dan”
d.      Al jama’ah       : Kumpulan atau kelompok
2.      Di tinjau dari segi istilah ( terminologi), Ahlussunah berasal dari hadits-hadits nabi SAW antara lain:

والذي نفس محمّد بيده لتفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة, فواحدة فى الجنة وثنئان وسبعون فى النار, قيل:من هم يارسول الله ؟قال:هم اهل السنة والجماعة,(رواه الطبرنى)
Demi tuhan yang jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya, umatku akan bercerai berai ke dalam 73 Golongan. Yang satu masuk syurga dan yang 72 masuk neraka. Ditanyakan:”siapakah mereka(golongan yang masuk surga itu), wahai Rosulullah?”. Beliau Menjawab: “mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah”,(HR, Thabrani)

تفترق هذه الامة على ثلاث وسبعين فرقة الناجية منها واحدة وا لبلقون هلكى قالو ومن الناجية؟قال           اهل السنة والجماعة قيل وما السنة والجماعة ؟قال ماا ناعليه اليوم واصحابي
Umat ini nantinya juga akan terpecah menjadi 73 sekte, satu yang selamat, yang lainnya dalam kerusakan. Sahabat bertanya,Siapa yang selamat?” Nabi menjawab: “Ahlus sunnah Wal Jama’ah”. Mereka bertanya kembali: “siapa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah?” Jawab nabi:”Adalah apa yang aku dan sahabatku praktekkan hari ini”.

Dalam buku lain di jelaskan:”Ahlus sunnah Wal Jama’ah adalah golongan umat islam yang selalu berpegang teguh pada kitab allah ( al-qur’an) dan susunah rosul,serta para sahabat Nabi SAW, Melaksanakan petunjuk dari al-qur’an dan sunah rosul tersebut.[1]
Faham atau aliran ASWAJA dalam bidang:
a.       Aqidah Islamiah, mengikuti faham atau madzab dari imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi
b.      Fiqih, mengikuti salah satu dari madzab yang empat, yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali
c.       Tasawuf, mengikuti thariqah dari Imam Abul Qosim Al Junaid Al Baghdadi, Imam Ghozali.
Sehingga apabila di ucapkan secara mutlak kata-kata ASWAJA maka kita tidak dapat menunjuk kecuali orang-orang tersebut di atas.[2]

B.     Aliran – aliran ASWAJA
1.      Biografi Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan Ali Bin Ismail bin Ishak bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ari. Menurut beberapa riwayat, Al- Asy’ari lahir di Bashar pada tahun 260 H/875M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324 H/935M. 
      Menurut Ibn Asakir, ayah Al-Asyr’ari adalah seorang yang berfaham Ahlussunah dan ahli hadis. Ia wafat ketika Al-Asy’ary masih kecil. Sebelum wafat, ia berwasiat kepada seorang sahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As-saji agar mendidik As-Sy’ary. Ibu As-Asy’Ari, sepeningal ayahnya, menikah lagi dengan seorang tokoh Mu’tazilah yang bernama Abu Ali Al- Jubba’i ( w. 303 H/915 M), ayah kandung abu Hasyim Al-Jubba’i (w. 321 H/932 M). Berkat didikan ayah tirinya itu, Al-Asy’ari kemudian menjadi tokoh Mu’tazilah. Ia sering mrngantikan Al- Jubba’i dalam perdebatan menentang lawan-lawan Mu’tazilah.
      Beliau menganut faham mu’tazilah hanya sampai berumur 40 tahun. Setelah itu tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jama’ah masjid bashroh bahwa dirinya telah meninggalkan faham mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya,menurut ibn asakir hal itu di latar belakangi karna beliau bermimpi bertemu nabi sebanyak 3 kali, pada malam ke-10, 20,dan 30 dalam bulan romadhon. Dalam mimpinya itu rosulullah memperingatkan agar meninggalkan paham mu’tazilah dan membela faham yang telah di riwayatkan beliau.
Ø  Doktrin-doktrin Teologi Al-Asyari
Pemikiran-pemikiran Al-Asy’ari yang paling terpenting adalah berikut ini:
a)      Tuhan dan Sifat-sifatnya
b)      Kebebasan dalam berkrhendak
c)      Akal dan Wahyu Dan kriteria Baik dan Buruk
d)     Qodimnya Al-Qur’an
e)      Melihat Allah
f)       Keadilan
g)      Kedudukan orang yang berdosa[3]
2.      Biografi Al-Maturidi
Abu Mansyur al-Maturidi Nama lengkapnya ialah Abu mansur Muhammad bin Muhammadbin Mahmud al-Hanafi al-Mutakallim al-Matu-ridi al-Samarkhandi.[4] Beliau dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah samarkand, wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang di sebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriah. Ia wafat pada tahun 333H/944 M. Gurunya dalam bidang fiqih dan teologi bernama Nasyr bin  Yahya Al-Balakhi. Ia wafat pada tahun 268H. Al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutawakkil yang memerintah tahun 232-274/846-861 M.
Ø  Doktrin-doktrin Teologi Al-Maturidi
a) Akal dan Wahyu
b)                         Perbuatan Manusia
c) Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan
d)                         Sifat Tuhan
e) Melihat Tuhan
f)  Kalam Tuhan
g)                         Perbuatan Manusia
h)                         Pengutusan Rasul
i)   Pelaku Dosa Besar[5]
C.    Ajaran-ajaran ASWAJA
1.      Sifat Tuhan
Menurut mu’tazilah Tuhan tidak mempunyai sifat. Sebab jika tuhan mempunyai sifat, pasti sifat itu kekal seperti tuhan. Berkaitan dengan masalah tuhan Al-Maturidi dan Al-Asy’ari sependapat. Tapi walaupun begitu al-Asy’ari mengartikan sisat tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat, melainkan melekat pada dzat itu sendiri. Sedangkan al-Maturidi sifat tidak dikatakan esensiNYA dan bukan pula dari esensi NYA.
2.      Melihat Tuhan di akhirat
Mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan tidak bisa di lihat.surat al an’am 103. Menurut al Asy’ari manusia dapat melihat tuhan di akhirat sebagaimana arti lahir surat qiyamah 22-23. Al-Maturidi sependapat dengan Beliau. Jalan pikiran Al-Maturidi bahwa melihat Allah itu ihwal di Akhirat, dimana hanya ilmunya yang menentukan bagaimana cara dan keadannya.
3.      Perbuatan dosa besar
Bahwa setiap orang mukmin tidak kekal di neraka di sepakati seluruh ulama islam, Menurut kaum mu’tazilah pembuat dasa besar yang tidak sempat bertaubat sebelum meninggal dunia tidak di pandang mukmin tapi tetap muslim. Menurut Maturidi dan Asy’ari hukumnya di serahkan kepada Allah, apakah dia diampuni,mendapat syafa’at nabi atau di siksa sesuai perbuatannya. Dan tidak kekal di neraka.
4.      Perbuatan Manusia
Mu’tazilah bahwa manusi itulah yangmenciptakan perbuatannya sendiri, dan bebas memilih yang baik dan yang buruk, karana segala sesuatunya akan di tanggung sendiri. Asy’ari manusia dalam kelemahannya bergantung pada kehendak dan kekuasaan tuhan. Maturidi sependapat dengan asy’ari.
5.      Perbuatan Allah
Orang-orang Asy’ariyah berpendapat bahwa Allah tidak di ketahuinya. Karna ia tidak bertanggung jawa terhadap apa yang di perbuatnya. Sedangkan manusia bertanggung jawab.Mu’tazilah, Allah berbuat karna ada tujuan maksud tertentu. Maturidi Allah itu suci (munazzah) dari sia-sia. Dan karna itu perbuatannya sesuai dengan tuntutan hikmah.
6.      Al-Qur’an
Mu’tazilah mengingkari adanya sifat bagi Allah yang namanya kalam, yang bebas dari dzat atau bukan dzat. Asy’ari bahwa al-Qur’an tidak berubah, tidak di ciptakan, bukan makhluk dan tidak baharu. Maturidi, Kalamullah itu adalah makna yang melekat pada dzat Allah, dan karna itu ia adalah salah satu sifat yang brhubungan dengan dzatnya.
7.      Kekuasaan mutlak tuhan dan keadilan tuhan[6]
D.    Garis-garis Besar Doktrin ASWAJA
Bahwa ajaran islam itu terdiri dari 3 macam :
1.      Doktrin keislaman, yang digunakan untuk membimbing manusia selaku makhluk yang mempunyai nafsu
2.      Doktrin keimanan, yang digunakan manusia untuk membimbing manusia selaku makhluk yang mempunyai akal pikiran
3.      Doktrin keihsanan, yang digunakan untuk mmbimbing manusia selaku makhluk yang mempunyai budi pekerti /hati nurani
Ke-3 ajaran islam tersebut di namakan fitrah munazaah,sedangkan nafsu,fikiran dan hati nurani di namakan fitrah mukhalaqoh.
                       
E.     Metodologi Pemikiran (Manhaj Al-fikr) ASWAJA
Jika kita mencermati doktrin-diktrin paham ASWAJA, baik dalam aqidah(iman), Syari’at(islam), ataupun Akhlak (ihsan), maka bisa di dapati sebuah metodologo islam di antaranya:
1.      Tasawuth (moderat)
Taswuth adalah sikap tengah yang tidak cenderung ke kanan atau ke kiri dan mengambil solusi yang paling baik. Hal ni di dsarkan pada firman Allah:




2.       Tawazun (berimbang)
Tawazun adalah  sikap berimbang dan harmons dalam mengintegrasikan dan mensinergikan dalil- dalil (pijakan hukum) pertimbangan – pertimbangan untuk memutuskan sebuah keputusan dan kebijakan prinsip menhindari yang serba kanan dan kiri. Seperti firman Allah:



3.      Ta’adul ( netral dan adil)
Adalah sikap adil dan netral dalam melihat /menimbang, menyikapi dan menyesesaikan segala permasalahan. Apbala dalam realitasnya terjadi tafdlul (keungulan) maka keadilan mununtut perbedan dan pengutamaan (tafdllil)
ياايّهااّلذين أمنواكونواقوّامِين للّه شهداء باالقسط ولا يحرمنّكم شنأن قومٍ عَلَى اَلاَّ تعِدلوا اعدلوا هواَقْرب للتَّقوى
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan ( kebenaran) karena Allah, menjadi saksi  dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah  karna adil itu lebih dekat kepada taqwa.(Al-Maidah:9)

4.      Tasamuh
Sikap  toleran yang bersedia menghargai terhadap segala kenyataan, perbedaan dan keanekaragaman, baik dalam pemikiran, keyakinan, sosial kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi budaya dll.
ياَايّهاَالنَّاس انّا خلقنا كم من ذَكرٍوَاُنثَى وجعلناَكُم شُعُوبًا وقبَائلُ لِتَعَارفُوا انّ أكرمكم عِند اللهِ اتقَاكُم,
 Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.(QS. Alhujurat:13)
F.      Tujuan ASWAJA
1.      Mengamalkan Ajaran Rosulullah SAW semurni-murninya.
2.      Mengikuti jejak para sahabat dalam mengambil keputusan-keputusan suatu perkarayang tidak di temukan dalam Al-qur’an dan Al-hadits.
3.         Mengedepankan Akhlaul karimah dalam setiap tindakannya.
4.         Khusus untuk golongan ASWAJA di Indonesia, ingin menjadikan bangsa indonesia, bangsa yang bermaartabat di mata dunia juga di hadapan Allah SWT
5.        Ingin menjadi khairul ummah dalam ridho Allah SWT


















BAB III
KESIMPULAN
A.    Pengertian ASWAJA
Ahlus sunnah Wal Jama’ah adalah golongan umat islam yang selalu berpegang teguh pada kitab allah ( al-qur’an) dan susunah rosul,serta para sahabat Nabi SAW, Melaksanakan petunjuk dari al-qur’an dan sunah rosul tersebut.
B.     Aliran-aliran ASWAJA:aliran Al-Asy’ariyah dan Al-Maturidi
C.     Ajaran ASWAJA:Sifat Tuhan, Melihat Tuhan Di akhirat, Perbuatan dosa, besar, Perbuatan manusia,Perbuatan Allah, dll
D.    Doktrin ASWAJA: Doktrin Keislaman, keihsanan dan ke imanan.
E.     Metodologi pemikiran ASWAJA;Tasawuth, Tawazun, Ta’adul’ Tasamuh.
F.      Tujuannya untuk mengamalkan Ajaran Rosulullah dan mengikuti jejak para sahabat serta menjadi khoirul umah dalam ridho allah SWT







DAFTAR PUSTAKA

Masduki ach.K.H. Drs, konsep dasar pengertian Ahlus sunnah Wal Jama’ah, Pelita Dunia, surabaya.
Purna siswa Aliyah, Aliran-aliran Teologi islam, Ponpes lirboyo, kediri,2008.
Rozak, Abdul  dan Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2007.
Baehaqi Imam, Kontroversi ASWAJA, LkiS, Yogyakarta,2000.


[1] Purna siswa Aliyah, Aliran-aliran Teologi Islam (jawa timur:Maddrasah hidayatul Mubtadi’in 2008), 165
[2] K.H. Masduki ach, Konsep Dasar Pengertian Ahlus sunnah Wal Jama’ah, 38-39
[3] Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung:CV Pustaka Setia,2007),120-124
[4] Imam Baehaqi, Kontroversi Aswaja, (Yogyakarta:Gambiran UHV,2000),70
[5] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, 124-131
[6] Imam Baehaqi, Kontroversi Aswaja, (Yogyakarta:Gambiran UHV,2000),

Presented By: wahid amiruddin Muhlis Ti.a 2010/2011 STAIN PONOROGO