Senin, 09 April 2012

Setiap Siswa Bisa Menjadi Guru



SETIAP SISWA BISA JADI GURU
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar




Dosen pengampu :
ATHOK FU’ADI, M.Pd

Disusun oleh :
Ahmad Shofiyulloh     (210920025)


PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2011/2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahnat, taufiq hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “SETIAP SISWA BISSA JADI GURU”. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa ummatnya dari zaman jahiliyyah menuju zaman islamiyyah yang kita alami sekarang.     Kami ucapkan banyak ribuan terima kasih kepada Bapak athok, selaku pembimbing matakuliah Psikologi Pendidikan yang telah rela meluangkan waktunya dalam membimbing proses belajar mengajar, sehingga pada kesempatan kali ini saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.                Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, orang lain, dan khususnya bagi masyarakat. Amin.




















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I    :  PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah........................................................................................3
B.     Identifikasi masalah..............................................................................................4
BAB II  : PEMBAHASAN
A.     Pembatasan masalah..............................................................................................4
B.     Perumusan masalah dan pemecahan masalah.........................................................4
C.     Tujuan penelitian...................................................................................................5
D.     Manfaat penelitian...................................................................................................5
BAB III : KESIMPULAN
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA
                       











BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap siswa perlu memiliki penguasaan materi pada tingkat tertentu yang merupakan penguasaan kecakapan materi untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam karirnya. Kecakapan materi yang ditumbuhkan pada siswa merupakan sumbangan pelajaran materi kepada pencapaian kecakapan hidup.
Dalam pembelajaran materi keaktifan dan kreativitas siswa sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman konsep materi. Hal ini tidak akan mudah dipenuhi oleh siswa jika tidak ditunjang kemampuan guru dalam mengajar maupun sumber belajar dan media pembelajaran. Keterbatasan sumber belajar siswa harus bisa dijadikan motivasi dalam pembelajaran.
Tujuan pembelajaran materi sendiri adalah :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan, penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif dan melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain, catatan, grafik, peta diagram, didalam menjelaskan gagasan.[1]
Akan tetapi selama ini sering terdengar bahwa materi adalah pelajaran yang terdiri dari rumus-rumus. Siswa belajar mulai dari menghafal rumus dan menggunakan rumus untuk dapat menyelesaikan soal yang ada. Kemudian, jika rumus lupa siswa tidak mampu melakukan sesuatu. Setelah belajar materi di sekolah siswa hanya merasa bahwa dari belajar materi ia hanya dapat bermain dengan angka. Siswa merasa tak ada manfaatnya belajar materi kecuali ia melanjutkan sekolah yang menggunakan materi sangat banyak. Selain itu pandangan siswa tentang mata pelajaran materi sebagai hal yang menakutkan masih banyak ditemukan. Pandangan seperti ini mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif sehingga hasil belajarnya kurang memuaskan. Dan pada akhirnya siswa cenderung untuk mengambil jalan pintas dengan menyontek dan ini menimbulkan kebiasaan yang pada akhirnya merusak moral siswa. Siswa yang merasakan materi sebagai momok ini mungkin disebabkan oleh berbagai hal, seperti menyampaikan materi dari guru yang kurang menarik, disamping pengelolaan kelas yang kurang terprogram yang menjadi siswa tidak konsentrasi dalam menerima materi pelajaran. Selain itu siswa tidak mengetahui cara belajar yang baik, saat guru menyampaikan materi siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang disampaikan oleh guru, dan kurangnya siswa mengerjakan soal materi. Namun dari pengamatan secara langsung kepada siswa, penelitian ini juga menyimpulkan selain sebab di atas hal ini juga disebabkan karena strategi belajar mengajar atau strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih
mengikuti metode lama atau dengan kata lain masih salah. Strategi belajar mengajar yang digunakan guru cenderung terpisah-pisah satu dengan yang lainnya, misalnya guru memilih dengan menggunakan strategi belajar mengajar ceramah saja, kerja kelompok atau individual saja. Selain itu kedudukan dan fungsi guru cenderung lebih dominan, sehingga keterkaitan guru dalam strategi itu tampak masih terlalu besar, sedangkan keaktifan siswa masih terlalu rendah. Gejala ini sekaligus menggambarkan
bahwa penggunaan strategi masih terbatas pada satu atau dua metode mengajar saja, belum meluas dan mencakup penggunaan metode secara luas dan banyak variasinya. Implikasi keadaan ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.
Melihat keadaan dan situasi itu, pendidikan sebagai pengajar di kelas harus melakukan sebuah tindakan untuk memperbaiki keadaan tersebut. Tindakan penelitian yang dilakukan harus dapat mengubah pandangan siswa bahwa materi merupakan sesuatu yang menakutkan. Pandangan tersebut menjadi sangat bermasalah bagi pembelajaran materi kedepan khususnya pelajaran materi, sekali manutupi diri maka sulit bagi mereka untuk menguasai materi materi dan lebih buruk bagi jalan yang ditempih untuk mengatasi kesulitan belajar ini dengan melakukan kecurangan. Ini diindikasikan sebagai akal bakal kemerosotan moral pelajaran dengan dampak akan makin besar. Strategi Everyone is a teacher here atau semua bisa jadi guru sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa atau mahasiswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Melalui strategi ini mau tidak mau, semua siswa atau mahasiswa ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Strategi Everyone is a teacher here diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa.[2]


B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :
1. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar materi.
2. Kurangnya prestasi belajar siswa.
3. Pemberian strategi pembelajaran yang dapat mempengaruhi keaktifan
belajar materi siswa.[3]



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji. Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada dua permasalahan :
1. Rancangan pembelajaran materi yang akan diterapkan dengan pendekatan Everyone is a teacher here atau semua bisa jadi guru yaitu dengan melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.
2. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dikhususkan pada keberanian siswa menjawab pertanyaan, bertanya dan keaktifan dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan.[4]

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah, maka dirumuskan permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini. Adapun rumusan masalah tersebut adalah : “Apakah melalui strategi pembelajaran Everyone is a teacher here dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran materi”. Dimana indicator keaktifan sebagai berikut :
a. Sering menjawab pertanyaan guru
b. Memberikan tanggapan jawaban orang lain
c. Mengajukan ide atau usulan
d. Membuat kesimpulan baik secara mandiri maupun kelompok
e. Aktif memenfaatkan sumber belajar yang ada disekitar
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka strategi
pembelajaran Everyone is a teaching here diharapkan agar dapat meningkatkan keaktifan siswa belajar materi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa mengingat kembali tentang bangun – bangun datar yang pernah dipelajari.
b. Guru membagikan secarik kertas kepada seluruh siswa.
c. Minta siswa untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi bangun datar.
d. Kumpulkan kertas tersebut, acak, kemudian bagikan kepada siswa. Pastikan bahwa tidak ada siswa yang menerima soal yang ditulis sendiri.
e. Minta siswa secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
f. Lanjutkan dengan sukarelawan betikutnya.
g. Guru membahas soal tersebut dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya bila mengalami kesulitan.[5]

C. Tujuan Penelitian
Sebuah tindakan pasti memiliki tujuan begitu pula dengan penelitian ini.tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa melalui penerapan strategi pembelajaran Everyone is a teacher here.
2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar materi siswa dalam pembelajaran materi dengan strategi Everyone is a teacher here.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu cara dalam meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran materi melalui pendekatan Everyone is a teacher here.
b. Sebagai sebuah pijakan untuk mengembangkan pendekatan Everyone is a teacher here.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :
a. Penulis memperoleh pengalam langsung dalam pembelajaran materi menggunakan pendekatan Everyone is a teacher here.
b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru, khususnya guru materi sebagai salah satu alternative pembelajaran.
c. Memberikan pengalaman langsung pada siswa sebagai obyek penelitian, sehingga diharapkan siswa memperoleh pengalaman tentang kebebasan dalam belajar materi secara aktif, kreatif dan menyenangkan.[6]



BAB III
KESIMPULAN

·        Metode strategi pembelajaran “everyone is a teacher” adalah strategi yang diharapkan iuntuk memaksimalkan proses pembelajaran setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam hal tersebut perlu diadakan penelitian untuk mengidentifikasi permasalah dan pemecahannya.
·        Identifikasi masalah :
a.       Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar materi
b.      Kurangnya belajar siswa
c.       Pemberian metode pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa
·        Pembatasan masalah
·        Perumusan dan pemecahan masalah
·        Tujuan penelitian
·        Manfaat penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman Gintings, 2008. Esensi Praktis Belajar Dan Pembelajaran. Bandung; Humaniora.
Dewa Komang Tantra. 2005. Konsep Dasar dan Karakteristik PTK. Denpasar : Dirjen Dikti Depdiknas.
E.Mulyasa, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
H.Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: AR-RUZZ
Media Group.
Hisyam Zaini,dkk,2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD( Center for Teaching
Staff Development).
Ketut Sri Naya Udani. 2006. “Penerapan model pembelajaran tipe NHT untuk meningkatkan kreatifitas
dan pemahaman konsep matematika siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Singaraja:. Skripsi.
Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesa.
Melvin L.Silberman, 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.
Oemar Hamalik,2007.Proses Belajar Mengajar. Jakarta; PT.Bumi Aksara.
Rochiati Wiriatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja
Guru dan Dosen. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.













[1] Abdorrakhman Gintings, 2008. Esensi Praktis Belajar Dan Pembelajaran. Bandung; Humaniora.

[2] Abdorrakhman Gintings, 2008. Esensi Praktis Belajar Dan Pembelajaran. Bandung; Humaniora.

[3] Hisyam Zaini,dkk,2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD( Center for Teaching
Staff Development).

[4] Hisyam Zaini,dkk,2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD( Center for Teaching
Staff Development).

[5]Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru.
Jakarta : Bina Aksara.

[6]Melvin L.Silberman, 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.

Poster

A.     Latar Belakang

Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator maupun sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Selain itu juga  dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit.
Dalam hal itu, Penggunaan poster dalam metode pengajaran merupakan salah satu jenis dari media pembelajaran. Pemberian poster bisa disertai dengan ilustrasi berupa uraian dan pernyataan.
Penggunaan poster hubungannya dalam pembelajaran dapat membantu daya nalar siswa untuk menjelaskan apa yang mereka pahami dari materi penjelasan dari para pendidik yang kemudian mereka gambarkan dalam bentuk poster. Melalui poster siswa melihat, memperhatikan serta akhirnya mengemukakan ide melalui fakta yang nampak lewat poster. Dengan demikian poster bukan hanya sebagai alat bantu tetapi dapat membantu penafsiran siswa tentang obyek yang sedang diamatinya.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diuji apakah benar penggunaan media poster dalam proses pembelajaran hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya diberikan dengan ceramah, uraian dan pernyataan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah penjelasan tentang metode pembelajaran menggunakan media poster?
2.      Bagaimana prosedur yang terdapat dalam metode pembelajaran menggunakan media poster?
3.      Apa sajakah variasi pembelajaran jika menggunakan media poster?

C.     Tujuan Penulisan

1.      Untuk menjelaskan tentang metode pembelajaran menggunakan media poster
2.      Untuk mendeskripsikan prosedur yang terdapat dalam metode pembelajaran menggunakan media poster
3.      Untuk mengetahui variasi pembelajaran jika menggunakan media poster



presented by: Vicky Punya Anu on Facebook














BAB II
PEMBAHASAN
A.     Uraian Singkat

Metoda presentasi alternatif ini merupakan cara yang bagus untuk memberi informasi kepada siswa secara cepat, memahami apa yang mereka bayangkan, dan memerintahkan pertukaran gagasan antar mereka. Tehnik ini juga merupakan cara baru dan jelas yang memungkinkan siswa mengungkapkan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang tengah anda diskusikan dalam suasana santai.[1]
Penggunaan media poster kali ini bukan semata-mata sebagai alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya supaya lebih menarik perhatian siswa. Melainkan lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa menangkap pengertian dari pendidik.[2]

B.     PROSEDUR

1.   Perintahkan setiap siswa untuk memilih sebuah topik yang berkait dengan topik pelajaran umum atau sub bahasan yang tengah didiskusikan.[3]
2.   Mintalah siswa untuk memajang konsep mereka pada papan poster atau papan buletin yang kita tentukan ukurannya. Tampilan poster mesti dengan sendirinya menunjukkan isinya; yakni, begitu melihatnya orang dengan mudah memahami gagasannya tanpa perlu penjelasan lebih lanjut, baik lisan maupun tertulis. Namun demikian, siswa juga boleh menyiapkan satu halaman penjelasan yang berisi uraian lebih rinci dan sekaligus sebagai materi rujukan lebih lanjut.[4]
3.   Poster nanti tidak saja penting untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.[5]
4.   Ciri-ciri poster yang baik adalah:[6]
a.    poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, seng dan sebagainya
b.   sederhana
c.    menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok
d.   berwarna
e.    slogan yang ringkas dan jitu
f.     ulasannya jelas
g.    motif dan desain bervariasi
5.   Selama berlangsungnya pelajaran yang telah ditentukan, perintahkan siswa untuk menempelkan sajian materi visual mereka dan berkeliling mengitari ruangan untuk mengamati dan mendiskusikan poster masing-masing.[7] Sebagai contoh, dalam pembahasan tentang stress pada pelajaran kesehatan, topik-topik yang diberikan mencakup yang berikut ini:
a.    Penyebab stress
b.   Gejala-gejala stress
c.    Pengaruh stres terhadap diri sendiri dan orang lain
d.   Pereda stress
Kemudian. salah seorang siswa menggambarkan gejala stres dengan membuat tampilan poster yang menunjukkan gambar-gambar berikut:
·     Orang kelebihan berat badan yang berdiri pada timbangan
·     Orang meminum minimum beralkohol
·     Dua orang bertengkar
·     Orang sakit kepala
Di bawah tiap gambar diberi paragraf singkat yang menjelaskan bagaimana dan mengapa orang stres dapat menunjukkan gejala-gejala yang digambarkan itu.
6.   Lima belas menit sebelum berakhirnya pelajaran, perintahkan seluruh siswa untuk kembali ke posisi semula dan mendiskusikan apa yang menurut mereka berharga pada kegiatan tersebut.[8]





C.     VARIASI

1. Anda dapat memilih untuk membentuk tim beranggotakan dua atau tiga, sebagai alternatif dari penugas individual, terutama jika topiknya memiliki lingkup yang terbatas.[9]
2. Tindak lanjuti sesi poster dengan diskusi panel, dengan menggunakan beberapa siswa yang memajang poster-poster tersebut sebagai panelis.[10]

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Poster merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, penggunaan poster sebagai media pembelajaran nanti dapat lebih mudah membangun kreatifitas dan inovasi siswa dalam membuat suatu gambaran. Dalam hal pemahaman tentang materi ajar pun jika dengan poster akan lebih mudah diterima, karena disajikan dengan cara yang berbeda tentu mudah untuk ditangkap dan tidak selalu dengan penjelasan dari si pendidik.
Dengan menggunakan media poster juga dapat mengatasi sikap pasif siswa jika selalu dengan model pembelajaran ceramah akan kurang efektif jika terus saja seperti itu. Media poster nanti diharapkan para siswa lebih bisa memahami materi pelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik, lalu diinstruksikan kepada para siswa untuk menggambar atau membuat sketsa lewat media poster ini.







DAFTAR PUSTAKA

Silbermen, Melvin L. Active Learning terj. Raisul Muttaqien. Bandung: Nusamedia, 2011

Heinich and friend. Instructional Technology and Media for Learning 8th Edition. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2005.

Bahri, Syaiful dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.


[1]Melvin L. Silbermen, Active Learning terj. Raisul Muttaqien (Bandung: Nusamedia, 2011), 192.
[2]Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 134.
[3]Ibid, Active Learning, 192.
[4]Ibid, Active Learning, 192.
[5]Heinich and friend, Instructional Technology and Media for Learning 8th Edition(New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2005)
[6]Ibid.
[7]Ibid, Active Learning, 193.
[8]Ibid, Active Learning, 193.
[9]Ibid, Active Learning, 193.
[10]Ibid, Active Learning, 193.

Strategi Belajar Mengajar


THE POWER OF TWO
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar




Dosen pengampu :
Athok Fuadhi, M.Pd

Disusun oleh :
Wahid Amiruddin Muhlish  (210920021)











PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2011/2012
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
Bab I: Pendahuluan
A.   Latar Belakang ................................................................................1
B.   Rumusan Masalah…………………………………………………2
C.   Tujuan ……………………………………………………………..3
Bab II: Pembahasan
A.   Pengertian Strategi Belajar The Power Of Two.............................................................................................................4
B.   Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Belajar The Power Of two..............................................................................................................5
C.   Tujuan Strategi Belajar The Power Of Two.............................................................................................................8
D.   Keunggulan dan Kelemahan Strategi Belajar The Power Of Two.............................................................................................................9
BAB III: Penutup
A.   Kesimpulan...............................................................................................11
B.   Daftar Pustaka..........................................................................................13




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis  besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru – murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapaitujuan yang telah digariskan. Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan militer dan diartikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan navigasi pasukan kedalam posisi perang yang dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan. Dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam oleh bidang-bidang ilmu lain, termasuk bidang ilmu pendidikan.[1]
            Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai A plan, method, or  series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran adalah dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.  Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey juga menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang dugunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.[2]
            Strategi Belajar adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh siswa untuk dapat belajar mengolah pikiran sendiri. Guru diharapkan mengembangkan atau mencari alternatif yang digunakan untuk membimbing strategi belajar siswa. Pada dasarnya tidak ada strategi yang paling ideal. Masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. Hal ini sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai, pengguna strategi (guru), ketersediaan fasilitas, dan kondisi siswa[3].
            Proses belajar akan lebih efektif  jika guru mengkondisikan agar setiap siswa terlibat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antara siswa satu dengan siswa yang lain. Menurut Muqowin (2007), terdapat beberapa strategi belajar yang dapat digunakan siswa agar siswa aktif secara kolektif, misalnya: strategi belajar tim pendengar, strategi membuat catatan terbimbing (guided note taking), strategi pembelajaran terbimbing, perdebatan aktif (active debate), strategi poin-kounterpoin, strategi kekuatan berdua (the power of two), dan pertanyaan kelompok (team quiz). Dari beberapa jenis srategi kelompok tersebut, penulis mefokuskan pada strategi kekuatan berdua (the power of two).
            Strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar atau suatu tujuan pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana uraian singkat mengenai strtegi belajar mengajar the power of two?
2.      Bagaimana langkah-langkah strtegi belajar mengajar the power of two?
3.      Mengapa memilih memakai strtegi belajar mengajar the power of two?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian serta semua yang berkaitan dengan strtegi belajar mengajar the power of two.
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menerapkan strtegi belajar mengajar the power of two.
3.      Untuk mengetahui keunggulan serta kelemahan strtegi belajar mengajar the power of two.













BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Strategi Belajar The Power Of Two 
            The power of two artinya menggabung kekuatan dua orang.  Menggabung kekuatan dua orang dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari dua atau lima orang (siswa). Kegiatan ini dilakukan agar munculnya sinergi itu yaitu dua orang atau lebih tentu lebih baik dari pada satu.
            Strategi pembelajaran the power of two ini adalah termasuk bagian dari  active learning yang merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar lebih aktif dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam dalam kelompok kecil siswa. Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan membantu menjadikan belajar sebagai bagian berharga dari iklim di kelas. Namun demikian, belajar bersama tidaklah selalu efektif. Boleh jadi terdapat partisipasi yang tidak seimbang, komunikasi yang buruk dan kebingungan.[4]
            Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran menggunakan beberapa sistem pengajaran dengan menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan langkah-langkah strategi pembelajaran the power of two yang mendukung untuk mendapatkan kemudahan dalam pembelajaran siswa. Yaitu dengan  menggunakan metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, dan lain-lain. Strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar.[5]
            Strategi the  power of two ini dirancang untuk memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Belajar kolaboratif menjadi populer di lingkungan pendidikan sekarang. Dengan menempatkan peserta didik dalam kelompok dan memberinya tugas dimana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang mengagumkan dengan member kemampuan pada keperluan siswa dalam masyarakat. Mereka condong lebik menarik dalam belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas mereka.  Aktivitas belajar kolaboratif membantu mengarahkan belajar aktif. Meskipun belajar independen dan kelas penuh instruksi juga mendorong belajar aktif, kemampuan untuk mengajar melalui aktivitas kerja kolaboratif dalam kelompok kecil akan memungkinkan anda untuk memproosikan belajar dengan belajar aktif.[6]
            Strategi pembelajaran The Power of Two merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 kepala tentu lebih baik daripada 1 kepala.
            Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran  The Power of Two adalah suatu taktik atau trik yang harus dikuasai dan diterapkan oleh pendidik agar tujuan pembelajaran di dalam kelas bisa terlaksana dan tercapai dengan maksimal, dan terdidik juga akan benar-benar menguasai materi yang diajarkan pendidik.
B.     Langkah – Langkah Pelaksanaan Strategi The Power Of Two 
            Implementasi strategi the power of two sangat tepat sekali, anak akan mudah menguasai dan memahami apa yang disampaikan oleh seorang guru baik ajaran yang berbentuk konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam mata pelajaran. Adapun prosedur pengajaran dalam implementasi strategi belajar the power of two ditentukan pada kegiatan siswa, bukan pada kegiatan guru. Hal ini merupakan penerapan konsep dasar dan strategi belajar the power of two itu sendiri yaitu mengoptimalkan aktivitas siswa.Langkah awal adalah memilih bahan pelajaran, bahan pengajaran tersebut akan mengisi proses pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar harus merumuskan apa yang harus dilakukan siswa dan bagaimana cara mereka melakukan. Ada berbagai macam jenis kegiatan belajar mengajar dalam mempelajari bahan pelajaran antara lain mendengarkan, melihat, mengamati, bertanya, mengerjakan, berdiskusi, memecahkan masalah, mendemonstrasikan, melukiskan atau menggambarkan, mencoba, dan lain-lain. Dalam implementasi strategi the power of two terdapat prosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal dan seorang pendidikpun harus dapat menggunakan strategi belajar the power of two dengan tepat, efektif, dan efisien melalui langkah-langkah strategi the power of two dalam proses belajar mengajar berlangsung.
            Menurut Muqowin (2007), strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu. Prosedur strategi ini sebagai berikut:
  1. Guru memberi peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran. Sebagai contoh: mengapa bangun kubus berbentuk segi empat? Bagaimana cara menentukan luas segitiga? Mengapa disebut segita sama kaki?
  2. Guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
  3. Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
  4. Guru meminta pasangan untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing individu.
  5. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain[7].
Menurut Sanaky (2006), penerapan strategi belajar “Kekuatan Berdua” (the power of two) denganlangkah-langkah/prosedur yang dilakukan guru sebagai berikut:
1.      Langkah pertama, membuat problem. Dalam proses belajar, guru memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam menentukan jawaban.
2.      Langkah kedua, guru meminta peserta didik untuk merenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3.      Langkah ketiga, guru membagi perserta didiik berpasang-pasangan. Pasangan kelompok ditentukan menurut daftar urutan absen atau bisa juga diacak. Dalam proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawaban dengan yang lain.
4.      Langkah keempat, guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
5.      Langkah kelima, guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti. Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.[8]
C.    Tujuan Strategi The Power Of Two 
            Strategi yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran. Strategi harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikansegala permasalahan yang dihadapinya. Dr. Sayyid Ibrahim al-Jabbar mengatakan: " Sesungguhnya tujuan pokok pendidikan adalah haruslah dapat  memberikan rangsangan kuat untuk pengembangan kemampuan individu dalam upaya mengatasi semua permasalahan baru yang muncul serta dapat mencari terobosan-terobosan solusi alternatif dalam menghadapinya."  Dipilihnya beberapa metode atau strategi tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode atau strategi dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, strategi bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin.[9]
            Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran the power of two ada beberapa tujuan yang harus dicapai diantaranya  adalah: 
1.      Membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih berkesan). 
2.    Untuk meningkatkan belajar kolaboratif. 
3.    Agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait dengan materi pokok.
4.    Meminimalkan kegagalan.
5.    Meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.[10]
D.    Keunggulan dan kelemahan Strategi The Power Of two 
1.      Keunggulan Strategi Pembelajaran The Power of Two 
            Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran the power of two mempunyai beberapa keunggulan diantaranya: 
a.       Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain. 
b.      Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang lain.  
c.       Membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala kekurangannya.
d.      Membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tuganya. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. 
e.       Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.[11]
2.      Kelemahan Strategi Pembelajaran The Power of Two 
            Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran the power of two juga memiliki kelemahan diantaranya:
a.       Dengan leluasanya pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu tidak optimal kepada tujuan pembelajaran maka tujujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
b.      Penilaian kelompok akan membutakan penilaian secara individu bila seorang guru tidak jeli dalam pelaksanaanya.
c.       Mengembangkan kesadaran kelompok membutuhkan waktu yang lama.
d.      Membutuhkan lebih banyak fasilitas, waktu, juga biaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e.       Selama diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topic masalah yang dibahas meluas sehingga tidak sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan.


























BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
            Strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar atau suatu tujuan pendidikan.
            Langkah-langkah strategi the power of two adalah sebagai berikut :
a.       Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran.
b.      Mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaansendiri-sendiri. 
c.       Setelah semua melengkapi jawabannya, bentuklah siswa secara berpasangan dan mintalah mereka untuk berbagi jawaban dengan yang lain. 
d.      Mintahlah pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing- masing pertanyaan dengan memperbaiki masing-masing respon individu. 
e.       Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. 
            Tujuan strategi belajar mengajar the power of two  secara garis besar adalah harus dapat  memberikan rangsangan kuat untuk pengembangan kemampuan individu dalam upaya mengatasi semua permasalahan baru yang muncul serta dapat mencari terobosan-terobosan solusi alternatif dalam menghadapinya. Untuk menciptakan siswa aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar dan siswa tidak bergantung pada guru. Dan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam lingkup akademis maupun sosial.
            Keunggulan strategi belajar mengajar the power of two yaitu membiasakan siswa untuk mengkukapkan ide-ide  dan gaggasan-gagasanya tanpa harus selalu bergantung pada guru, juga akan lebih meningkatakan motivasi kepada siswa agar benar-benar mau berfikir secara kritis.
            Kelemahan strategi belajar mengajar the power of two Membutuhkan lebih banyak fasilitas, waktu, tenaga juga biaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selama diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topic masalah yang dibahas meluas sehingga tidak sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan.

























B.     Daftar Pustaka
                Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, SBN (Strategi Belajar Mengajar), (Bandung : CV Pustaka Setia, 
2005), 11 

            [1] Melvin L.Silberman, 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.

            Tarmizi Ramadhan, 2009 . Strategi belajar kekuatan berdua (The power of two) dalam pembelajaran
matematika. http://tarmisi wordpress.com. Diakses jam 10.30  tgl.20 Maret  2012

            Supardi, Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta:
Bina Aksara.

       Muqowin. 2007. “Strategi Pembelajaran”. http://muqowin.com. Diakses tanggal 25 Maret2012.

       Sanaky, Hujair H. 2006. Metode dan Strategi Pembelajaran Berorientasi pada Pemberdayaan Peserta Didik. http://sanaky.com. Diakses pada tanggal 2 Maret 2012

            Tarmizi Ramadhan, 2009 . Strategi belajar kekuatan berdua (The power of two) dalam pembelajaran
matematika. http://tarmisi wordpress.com. Diakses jam 10.30  tgl.20 Maret  2012

            Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik., (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007)  hal 25.


[1]Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, SBN (Strategi Belajar Mengajar), (Bandung : CV Pustaka Setia, 
2005), 11 
[2]Wina Sanjaya, op.cit, h. 124 
          [3]Mafatih, Ahmad Bisyri Hadi. 2007. Makalah Strategi Belajar Dengan Cara Kooperatif (Bidang Studi IPS). http://media.diknas.go-id. Diakses pada tanggal 28 Mei 2008
[4]Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta : Bina Aksara, 2006).
                [5] Tarmizi Ramadhan, Strategi belajar kekuatan berdua (The power of two) dalam pembelajaran
matematika. http://tarmisi wordpress.com. Diakses jam 10.30  tgl.20 Maret  2012
                [6]Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta:
Bina Aksara.
          [7]Muqowin. 2007. “Strategi Pembelajaran”. http://muqowin.com. Diakses tanggal 25 Maret2012.
          [8] Sanaky, Hujair H. 2006. Metode dan Strategi Pembelajaran Berorientasi pada Pemberdayaan Peserta Didik. http://sanaky.com. Diakses pada tanggal 2 Maret 2012
                [9] Tarmizi Ramadhan, 2009 . Strategi belajar kekuatan berdua (The power of two) dalam pembelajaran
matematika. http://tarmisi wordpress.com. Diakses jam 10.30  tgl.20 Maret  2012
                [10] Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik., (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007)  hal 25.
[11]Melvin L.Silberman, 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.